Di bulan puasa, ada malam yang dikenal sebagai laylatul qadr. Jatuhnya di malam ke berapa, ada banyak pendapat para ulama. Malam tersebut adalah malam kemuliaan. Seperti yang difirmankan oleh Allah, “Sesungguhnya kami menurunkan (Alquran) pada malam laylatul qadr. Dan tahukah kamu malam laylatul qadr itu? Laylatul qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.”
Surah al-Qadr yang membicarakan malam kemuliaan ini diturunkan untuk menghibur Rasulullah Saw. Latar belakang turunnya, atau asbabun nuzul surah ini, diceritakan di dalam beberapa kitab tafsir, misalnya tafsir Durr al Mantsur, tafsir Ruh al-Ma’ani, dan lain-lain. Rasulullah Saw diriwayatkan pernah bermimpi bahwa bani Umayyah meloncat-loncat seperti kera lalu mencemari mimbarnya yang suci. Tentu saja Rasulullah Saw sedih. Agama Islam yang telah ditegakkan dengan darah dan airmata serta dengan kemuliaan Alquran dan hadits, akan diselewengkan demi kepentingan politik dan untuk memenuhi selera penguasa bani Umayyah itu. Seperti yang dibuktikan oleh sejarah, kekuasaan bani Umayyah itu akan berlangsung selama 83 tahun, atau sama dengan seribu bulan. Namun demikian, walaupun kekuasaan bani Umayyah itu sedemikian kuatnya menyelewengkan agama Islam, namun ia akan tetap terpelihara dengan terpeliharanya Alquran sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah. Karenanya, turunnya Alquran di malam laylatul qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.
Kita mengenal beragam tradisi masyarakat untuk mencari “bentuk” laylatul qadr. Mereka menganggap bahwa laylatul qadr adalah malaikat yang turun dari langit yang membagikan sesuatu pada malam-malam ganjil di pengakhiran ramadhan. Mereka mengharapkan kesaktian, atau limpahan “rezeki” luar biasa setelah bertemu dengannya. Tetapi apakah sebenarnya kemuliaan malam itu?
Selain yang bisa dimengerti dari sebab turunnya surah al-Qadr, kemuliaan malam itu adalah karena di dalamnya diturunkan Alquran. Demikian yang dijelaskan oleh Allah Swt di Surah al-Qadar. Jadi kemuliaannya karena berkelindan dengan kemuliaan Alquran. Pesan utamanya, carilah kemuliaan dengan mempelajari dan mengikuti Alquran.
Selain itu, kemuliaan malam laylatul qadr adalah karena apa yang kita lakukan di dalamnya. Kemuliaan malam tak ada artinya jika kita tidak memaknainya. Kita bisa mendapatkan kemuliaan itu hanya jika kita mengisi malam laylatul qadr dengan amalan-amalan mulia. Kita menjemput kemuliaan, bukan diberi kemuliaan. Malam itu harus diisi, bukan menunggu isian seperti mengharap hujan yang diturunkan dari langit. Malam laylatul qadr bukanlah malam dimana dibagikan-bagikan hadiah khusus bagi orang-orang tertentu, tetapi malam itu adalah malam kemuliaan bagi siapa saja yang ingin mengambil kemuliaannya.
Di dalam pandangan sebagian kelompok umat Islam, malam laylatul qadr jatuh pada malam 19, 21, dan 23 ramadhan dimana malam 23 lebih mulia daripada malam 21 dan malam 21 lebih mulia daripada malam 19. Dalam pandangan sebagian besar penganut tarikat Qadiriah di Mandar, malam laylatul qadr jatuh pada malam 27 Ramadhan, itulah sebabnya mereka berkumpul pada malam itu untuk melaksanakan semua shalat sunnah yang bisa dilakukan di waktu malam.
Di dalam berbagai kitab-kitab amalan, beberapa hal yang dianjurkan dilakukan pada malam laylatul qadr agar kita bisa mengambil kemuliaan lebih dari seribu bulan itu adalah sebagai berikut:
Karena itu, carilah laylatul qadr di kesunyian malam, dengan munajat dan ibadah; bukan dengan gemuruh doa di keramaian, bukan dengan bertapa dan bersepi-sepi. Carilah kemuliaannya dengan salat dan membaca Alquran. Cari pula laylatul qadr di tengah orang-orang miskin, bahagiakan mereka dengan sedekah dan pertolongan, beri mereka pakaian dan makanan. Dengan cara itu, kita akan mendapatkan kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mencerap kemuliaan malam seribu bulan ini. Dan kita mulai di malam ke sembilan belas Ramadhan malam ini.
*) Ditulis 18 Ramadhan 1428 untuk mailing list Panyingkul.
Kita mengenal beragam tradisi masyarakat untuk mencari “bentuk” laylatul qadr. Mereka menganggap bahwa laylatul qadr adalah malaikat yang turun dari langit yang membagikan sesuatu pada malam-malam ganjil di pengakhiran ramadhan. Mereka mengharapkan kesaktian, atau limpahan “rezeki” luar biasa setelah bertemu dengannya. Tetapi apakah sebenarnya kemuliaan malam itu?
Selain yang bisa dimengerti dari sebab turunnya surah al-Qadr, kemuliaan malam itu adalah karena di dalamnya diturunkan Alquran. Demikian yang dijelaskan oleh Allah Swt di Surah al-Qadar. Jadi kemuliaannya karena berkelindan dengan kemuliaan Alquran. Pesan utamanya, carilah kemuliaan dengan mempelajari dan mengikuti Alquran.
Selain itu, kemuliaan malam laylatul qadr adalah karena apa yang kita lakukan di dalamnya. Kemuliaan malam tak ada artinya jika kita tidak memaknainya. Kita bisa mendapatkan kemuliaan itu hanya jika kita mengisi malam laylatul qadr dengan amalan-amalan mulia. Kita menjemput kemuliaan, bukan diberi kemuliaan. Malam itu harus diisi, bukan menunggu isian seperti mengharap hujan yang diturunkan dari langit. Malam laylatul qadr bukanlah malam dimana dibagikan-bagikan hadiah khusus bagi orang-orang tertentu, tetapi malam itu adalah malam kemuliaan bagi siapa saja yang ingin mengambil kemuliaannya.
Di dalam pandangan sebagian kelompok umat Islam, malam laylatul qadr jatuh pada malam 19, 21, dan 23 ramadhan dimana malam 23 lebih mulia daripada malam 21 dan malam 21 lebih mulia daripada malam 19. Dalam pandangan sebagian besar penganut tarikat Qadiriah di Mandar, malam laylatul qadr jatuh pada malam 27 Ramadhan, itulah sebabnya mereka berkumpul pada malam itu untuk melaksanakan semua shalat sunnah yang bisa dilakukan di waktu malam.
Di dalam berbagai kitab-kitab amalan, beberapa hal yang dianjurkan dilakukan pada malam laylatul qadr agar kita bisa mengambil kemuliaan lebih dari seribu bulan itu adalah sebagai berikut:
- Mandi di awal malam tanggal 19, 21, dan 23
- Bertawassul dengan Alquran. Bukalah Alquran, letakkan pada tangan Anda, lalu ucapkanlah doa berikut. “Ya Allah, aku bermohon kepadaMu dengan bertawassul kepada kitabMu yang diturunkan dan pada apa-apa yang diturunkan di dalamnya. Di dalamnya ada asmaMu yang agung dan Asmaul Husna, dan apa yang ditakutkan dan apa yang diharapkan. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Dan jadikanlah aku di antara orang yang Engkau bebaskan dari api neraka.”
- Shalat sunnah 100 rakaat
- Shalat dua rakaat. Di setiap rakaat membaca Alfatihah dan surah al-Ikhlas 7X dan setelah salam ucapkan istighfar astaghfirullaha wa atubu ilaihi sebanyak 70X.
- Mengusahakan untuk tidak tidur dan menghidupkan malam dengan berbagai ibadah.
- Membaca surah Al-Qadr 1000X
- Panjatkanlah doa-doa yang lain.
Karena itu, carilah laylatul qadr di kesunyian malam, dengan munajat dan ibadah; bukan dengan gemuruh doa di keramaian, bukan dengan bertapa dan bersepi-sepi. Carilah kemuliaannya dengan salat dan membaca Alquran. Cari pula laylatul qadr di tengah orang-orang miskin, bahagiakan mereka dengan sedekah dan pertolongan, beri mereka pakaian dan makanan. Dengan cara itu, kita akan mendapatkan kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mencerap kemuliaan malam seribu bulan ini. Dan kita mulai di malam ke sembilan belas Ramadhan malam ini.
*) Ditulis 18 Ramadhan 1428 untuk mailing list Panyingkul.