Dilahirkan di paruh akhir tahun 1974 dari keluarga petani penggarap di sebuah daerah terpencil, orang tua saya memberi nama Mustamin. Anak ke-9 dari 10 bersaudara. Untuk menambahkan identitas, nama belakangan ditambah menjadi Mustamin al-Mandary. Sebagaimana Jalaluddin Rumi dari Rum, atau Imam Bukhari dari Bukhara, nama al-Mandary di belakang berasal dari nama daerah kelahiran, Mandar, sekaligus menjadi nama suku asal usul nenek moyang. Daerah Mandar saat ini, yang dulunya menjadi Afdeling Mandar di zaman penjajahan Belanda, telah menjadi provinsi Sulawesi Barat sejak tahun 2004. Tempat kelahiran saya sendiri berada di kabupaten Polewali Mandar.
Tanpa pernah mengenal TK apalagi playgroup, menyelesaikan pendidikan SD tahun 1980 dalam waktu 5 tahun di SD 044 Buttulamba, kampung kecil nan sejuk di tempat kelahiran. Pendidikan SMP diselesaikan di SMP Pamboang kabupaten Majene, lalu melanjutkan pendidikan di SMA 1 Polewali. Sempat pula mencicipi bangku sekolah di SMA Neg 1 Majene di semester pertama. Saat kelas 3 SMA, sebagai "imbalan" atas keberhasilan memenangi sebuah lomba MIPA, akhirnya dikirim untuk belajar secara khusus di Makassar, disebut kelas khusus BPG (Balai Pendidikan Guru). Disebut demikian karena tempat sekolah adalah gedung BPG Departemen Pendidikan provinsi Sulsel saat itu. Tahun 1992, masuk ke Universitas Hasanuddin di fakultas teknik, mengambil jurusan teknik elektro dengan spesialisasi di arus kuat. Dengan IP yang pas-pasan, saya menyelesaikan studi di akhir tahun 1997.
Saat semester 9 sebelum menyelesaikan kuliah di Unhas, saya mengambil cuti setelah lulus seleksi untuk magang selama enam bulan di Freeport Indonesia, perusahaan tambang tembaga dan emas di Papua, tahun 1997. Selesai wisuda, mencoba melanjutkan hidup secara mandiri dengan bekerja di Semen Bosowa Maros hampir tiga tahun lamanya sampai tahun 2000. Selanjutnya kembali bekerja di Freeport Indonesia sekitar empat tahun lamanya. Pertengahan tahun 2004, bersama keluarga hijrah ke Balikpapan dan bekerja di perusahaan migas yang bernama Unocal Indonesia Company awalnya, menjadi Chevron Indonesia Company tahun 2006, dan kemudian menjadi Pertamina Hulu Kalimantan Timur tahun 2018. Di tahun 2021, saya kemudian ditugaskan untuk bekerja di Pertamina Subholding Upstream berkedudukan di Jakarta sampai saat ini.
Ketika masih kerja di Makassar, sempat mengajar di Akademi Teknik Elektromedik Muhammadiyah selama tiga semester sebagai dosen bahasa Inggris dan beberapa mata kuliah lain. Dan di awal mukim di Balikpapan, sempat membagi waktu menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Migas sebagai pengajar mata kuliah fasilitas pengolahan minyak. Dosen di STTMIGAS ini dilakoni hanya setahun dari semester kedua 2005 sampai semester awal 2006, dan harus berhenti karena tidak bisa berkomitmen lebih serius akibat pekerjaan kantor yang lebih banyak. Selain itu, bersama alumni ITB, sempat tiga tahun melaksanakan bimbingan belajar gratis untuk anak-anak SMP Muhammadiyyah 2 Balikpapan menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Nasional setiap tahunnya.
Saya menyukai kajian agama, sejarah dan filsafat Islam. Sekitar tahun 2015, sempat juga membuat kajian rutin akhir pekan tentang agama bersama anak-anak HMI Balikpapan. Sampai saat ini, sesekali masih diundang membawa materi pelatihan di pengkaderan HMI, juga berbagi pengalaman kerja dan aspek-aspek yang terkait di beberapa universitas. Saya menikmati semuanya.
Tanpa pernah mengenal TK apalagi playgroup, menyelesaikan pendidikan SD tahun 1980 dalam waktu 5 tahun di SD 044 Buttulamba, kampung kecil nan sejuk di tempat kelahiran. Pendidikan SMP diselesaikan di SMP Pamboang kabupaten Majene, lalu melanjutkan pendidikan di SMA 1 Polewali. Sempat pula mencicipi bangku sekolah di SMA Neg 1 Majene di semester pertama. Saat kelas 3 SMA, sebagai "imbalan" atas keberhasilan memenangi sebuah lomba MIPA, akhirnya dikirim untuk belajar secara khusus di Makassar, disebut kelas khusus BPG (Balai Pendidikan Guru). Disebut demikian karena tempat sekolah adalah gedung BPG Departemen Pendidikan provinsi Sulsel saat itu. Tahun 1992, masuk ke Universitas Hasanuddin di fakultas teknik, mengambil jurusan teknik elektro dengan spesialisasi di arus kuat. Dengan IP yang pas-pasan, saya menyelesaikan studi di akhir tahun 1997.
Saat semester 9 sebelum menyelesaikan kuliah di Unhas, saya mengambil cuti setelah lulus seleksi untuk magang selama enam bulan di Freeport Indonesia, perusahaan tambang tembaga dan emas di Papua, tahun 1997. Selesai wisuda, mencoba melanjutkan hidup secara mandiri dengan bekerja di Semen Bosowa Maros hampir tiga tahun lamanya sampai tahun 2000. Selanjutnya kembali bekerja di Freeport Indonesia sekitar empat tahun lamanya. Pertengahan tahun 2004, bersama keluarga hijrah ke Balikpapan dan bekerja di perusahaan migas yang bernama Unocal Indonesia Company awalnya, menjadi Chevron Indonesia Company tahun 2006, dan kemudian menjadi Pertamina Hulu Kalimantan Timur tahun 2018. Di tahun 2021, saya kemudian ditugaskan untuk bekerja di Pertamina Subholding Upstream berkedudukan di Jakarta sampai saat ini.
Ketika masih kerja di Makassar, sempat mengajar di Akademi Teknik Elektromedik Muhammadiyah selama tiga semester sebagai dosen bahasa Inggris dan beberapa mata kuliah lain. Dan di awal mukim di Balikpapan, sempat membagi waktu menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Migas sebagai pengajar mata kuliah fasilitas pengolahan minyak. Dosen di STTMIGAS ini dilakoni hanya setahun dari semester kedua 2005 sampai semester awal 2006, dan harus berhenti karena tidak bisa berkomitmen lebih serius akibat pekerjaan kantor yang lebih banyak. Selain itu, bersama alumni ITB, sempat tiga tahun melaksanakan bimbingan belajar gratis untuk anak-anak SMP Muhammadiyyah 2 Balikpapan menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Nasional setiap tahunnya.
Saya menyukai kajian agama, sejarah dan filsafat Islam. Sekitar tahun 2015, sempat juga membuat kajian rutin akhir pekan tentang agama bersama anak-anak HMI Balikpapan. Sampai saat ini, sesekali masih diundang membawa materi pelatihan di pengkaderan HMI, juga berbagi pengalaman kerja dan aspek-aspek yang terkait di beberapa universitas. Saya menikmati semuanya.
Sejak SD senang membaca dan menulis. Saat itu, karena perpustakaan sekolah jarang dibuka kecuali saat dibersihkan, dan siswa juga tak bisa meminjam buku; akhirnya terpaksa meminjam buku dengan diam-diam lalu mengembalikannya juga dengan diam-diam. Tak ada yang tahu kecuali Tuhan. Hasilnya, mungkin semua buku cerita di perpustakaan SD saya waktu itu semua saya khatam-kan. Saat itulah saya mengenal semua dongeng nusantara dan dunia, termasuk pengetahuan populer.
Di SMP sangat gandrung belajar bahasa Inggris secara otodidak; maklum, di kampung tidak ada tempat kursus. Di SMA mulai belajar menulis. Pernah menjadi pemenang lomba menulis cerpen bertema lingkungan di SMA kelas 2. Saat kuliah, beberapa kali menulis di Koran kampus, Identitas, yang dikelola oleh mahasiswa Unhas. Tulisan saya juga pernah dimuat di kolom opini majalah Hidayatullah. Sejak bekerja, lebih sering menulis di blog, menulis lepas, menerjemahkan buku dan artikel dari bahasa Inggris ke Indonesia. Beberapa kali juga tulisan saya dimuat di koran lokal Kalimantan Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Dan ketika social media semakin populer, lebih sering menulis di Facebook atau blog sendiri.
Pernah secara rutin berkontribusi ke situs online Panyingkul (sudah almarhum) sebagai citizen journalist, spesialisasi di resensi buku dan fitur human interest. Ketika Panyingkul menerbitkan dua buku, sempat menjadi anggota editor. Semasa mukim di Papua, artikel terjemahan bertema filsafat dan metafisika beberapa kali dimuat di jurnal al-Huda terbitan ICC Jakarta. Di tahun 2002, terlibat sebagai proof reader dan editor pendamping untuk bagian kedua buku “Dahulukan Akhlak di Atas Fikih” tulisan Jalaluddin Rakhmat yang diterbitkan oleh Muthahhari Press. Pada tahun 2003 buku terjemahan, “Mengapa Kita Diciptakan” (Murthada Muthahhari) ditebitkan oleh Pustaka Zahra, lalu diterbitkan ulang oleh Rausyan Fikr tahun 2011, tersedia di Play Book dengan judul Tujuan Penciptaan Manusia. Buku terjemahan “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” (Nasr al-Din Thusi) diterbitkan oleh Pustaka Zahra tahun 2003, kemudian diterbitkan ulang oleh Rausyan Fikr tahun 2011, sekarang tersedia di Play Book dengan judul Menemui Tuhan. Juga di tahun 2003, buku editorial “Menuju Kesempurnaan, Persepsi Dalam Pemikiran Mulla Sadra” diterbitkan oleh Safinah. Buku terjemahan terakhir yang terbit terlambat adalah al-Hikmah al-Muta'aliyyah Mulla Sadra, Sebuah Terobosan dalam Filsafat Islam, yang dirilis oleh Sadra Press tahun 2017. Sempat pula berkontribusi pada Jurnal Mulla Shadra yang diterbitkan oleh Rausyan Fikr Institute Yogyakarta, yang sudah terbit beberapa nomor sampai akhir tahun 2011. Selain menjadi anggota redaksi di jurnal ini, saya juga menyumbangkan tulisan dan terjemahan yang khusus berhubungan dengan filsafat Mulla Shadra.
Bersama istri dan tiga orang anak, sekarang masih mukim di Balikpapan. Karena urusan pekerjaan, telah mengunjungi beberapa negara, dari Selatan ke Utara dan dari Timur ke Barat. Menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, membaca, dan bersepeda. Karena hobby terakhir ini, sudah pernah mancal di Malino, daerah pegunungan Bawakaraeng Sulawesi Selatan; menyusuri pengunungan di Batu, Malang, Jawa Timur; mengelilingi kawah gunung Bromo; menguji dengkul dari kota Bandung ke Lembang lewat hutan; dan "menaklukkan" gunung Telomoyo dan Bukit Menoreh di Jawa Tengah.
Sampai saat ini masih konsisten membaca buku dan bersepeda, juga mulai kembali menikmati kegiatan sebagai pengajar. Harapan yang paling besar adalah diberikan usia panjang oleh Allah Swt dalam kesehatan dan keberkahan untuk tiga cita-cita besar: mengantarkan tiga bidadari saya menuju kemandirian dan kemaslahatan hidup; menghidup-hidupkan mesjid Ikhwanul Mustafa dan Rumah Ilmu (Rumah Hikmah Ikhwanul Mustafa) sebagai basis gerakan literasi dan perpustakaan; dan pulang kampung untuk memberikan bakti dan inspirasi setelah pensiun kerja nanti.
Facebook: Mustamin al-Mandary
Twitter: @mustaminmandary
Linkedin: Mustamin al-Mandary
Di SMP sangat gandrung belajar bahasa Inggris secara otodidak; maklum, di kampung tidak ada tempat kursus. Di SMA mulai belajar menulis. Pernah menjadi pemenang lomba menulis cerpen bertema lingkungan di SMA kelas 2. Saat kuliah, beberapa kali menulis di Koran kampus, Identitas, yang dikelola oleh mahasiswa Unhas. Tulisan saya juga pernah dimuat di kolom opini majalah Hidayatullah. Sejak bekerja, lebih sering menulis di blog, menulis lepas, menerjemahkan buku dan artikel dari bahasa Inggris ke Indonesia. Beberapa kali juga tulisan saya dimuat di koran lokal Kalimantan Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Dan ketika social media semakin populer, lebih sering menulis di Facebook atau blog sendiri.
Pernah secara rutin berkontribusi ke situs online Panyingkul (sudah almarhum) sebagai citizen journalist, spesialisasi di resensi buku dan fitur human interest. Ketika Panyingkul menerbitkan dua buku, sempat menjadi anggota editor. Semasa mukim di Papua, artikel terjemahan bertema filsafat dan metafisika beberapa kali dimuat di jurnal al-Huda terbitan ICC Jakarta. Di tahun 2002, terlibat sebagai proof reader dan editor pendamping untuk bagian kedua buku “Dahulukan Akhlak di Atas Fikih” tulisan Jalaluddin Rakhmat yang diterbitkan oleh Muthahhari Press. Pada tahun 2003 buku terjemahan, “Mengapa Kita Diciptakan” (Murthada Muthahhari) ditebitkan oleh Pustaka Zahra, lalu diterbitkan ulang oleh Rausyan Fikr tahun 2011, tersedia di Play Book dengan judul Tujuan Penciptaan Manusia. Buku terjemahan “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” (Nasr al-Din Thusi) diterbitkan oleh Pustaka Zahra tahun 2003, kemudian diterbitkan ulang oleh Rausyan Fikr tahun 2011, sekarang tersedia di Play Book dengan judul Menemui Tuhan. Juga di tahun 2003, buku editorial “Menuju Kesempurnaan, Persepsi Dalam Pemikiran Mulla Sadra” diterbitkan oleh Safinah. Buku terjemahan terakhir yang terbit terlambat adalah al-Hikmah al-Muta'aliyyah Mulla Sadra, Sebuah Terobosan dalam Filsafat Islam, yang dirilis oleh Sadra Press tahun 2017. Sempat pula berkontribusi pada Jurnal Mulla Shadra yang diterbitkan oleh Rausyan Fikr Institute Yogyakarta, yang sudah terbit beberapa nomor sampai akhir tahun 2011. Selain menjadi anggota redaksi di jurnal ini, saya juga menyumbangkan tulisan dan terjemahan yang khusus berhubungan dengan filsafat Mulla Shadra.
Bersama istri dan tiga orang anak, sekarang masih mukim di Balikpapan. Karena urusan pekerjaan, telah mengunjungi beberapa negara, dari Selatan ke Utara dan dari Timur ke Barat. Menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, membaca, dan bersepeda. Karena hobby terakhir ini, sudah pernah mancal di Malino, daerah pegunungan Bawakaraeng Sulawesi Selatan; menyusuri pengunungan di Batu, Malang, Jawa Timur; mengelilingi kawah gunung Bromo; menguji dengkul dari kota Bandung ke Lembang lewat hutan; dan "menaklukkan" gunung Telomoyo dan Bukit Menoreh di Jawa Tengah.
Sampai saat ini masih konsisten membaca buku dan bersepeda, juga mulai kembali menikmati kegiatan sebagai pengajar. Harapan yang paling besar adalah diberikan usia panjang oleh Allah Swt dalam kesehatan dan keberkahan untuk tiga cita-cita besar: mengantarkan tiga bidadari saya menuju kemandirian dan kemaslahatan hidup; menghidup-hidupkan mesjid Ikhwanul Mustafa dan Rumah Ilmu (Rumah Hikmah Ikhwanul Mustafa) sebagai basis gerakan literasi dan perpustakaan; dan pulang kampung untuk memberikan bakti dan inspirasi setelah pensiun kerja nanti.
Facebook: Mustamin al-Mandary
Twitter: @mustaminmandary
Linkedin: Mustamin al-Mandary
Pengunjung