Dr Muhammad Ashar
Bertahun-tahun kita disuguhkan fenomena yang mengagungkan yakni bagaimana Iran yang Syiah membela saudaranya di Gaza yang Sunni.
Beragam analisis telah bermunculan. Salah satunya, analisis geo-politik yang sarat analisis kepentingan parokial. Iran dianggap memiliki tujuan instrumentalis demi penyebarluasan pengaruh baik politik maupun keagamaan. Mustahil Iran memiliki tujuan emansipatoris.
Bertahun-tahun kita disuguhkan fenomena yang mengagungkan yakni bagaimana Iran yang Syiah membela saudaranya di Gaza yang Sunni.
Beragam analisis telah bermunculan. Salah satunya, analisis geo-politik yang sarat analisis kepentingan parokial. Iran dianggap memiliki tujuan instrumentalis demi penyebarluasan pengaruh baik politik maupun keagamaan. Mustahil Iran memiliki tujuan emansipatoris.
Mereka menafikan fakta alternatif yang menunjukkan fenomena sebaliknya. Tidak ada tujuan mulia dalam politik. Akal pikiran kita seakan menghalangi fakta alternatif itu lahir. Seperti kata Napoleon Bonaparte: "In politics, stupidity is not a handicap".
Apa rahasia hingga gagasan rigid itu tertanam kokoh dalam pemikiran? Ilmu psikologi punya jawabannya, disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah fenomena ketidaknyamanan psikologis yang mendera seseorang diakibatkan pemikiran dan sikap yang saling bertentangan.
Orang yang memandang bahwa penganut Syiah adalah mereka yang memiliki agenda terselubung untuk menghancurkan Islam akan merasa kebingungan melihat kemesraan antara dua saudara Sunni - Syiah di konflik Palestina - Israel.
Upaya tulus Iran membantu sekuat tenaga kemerdekaan Palestina, yang telah dirintis sejak Revolusi 1979, ditafsirkan sebagai taktik jahat Syiah Iran untuk menyebarluaskan Syiah dan menghancurkan Islam.
Fakta-fakta ketulusan perjuangan pembebasan al Quds adalah fakta tanding yang gagal atau sengaja tidak ingin dilihat dan diperbandingkan.
Pikiran yang diperhadapkan pada fakta yang bertentangan dengan preferensi awal dan diimani dapat menimbulkan ketidaknyamanan psikologis. Di titik ini, seseorang akan mencari mekanisme konsonansi kongnitif demi menghindari atau melawan disonansi kognitif.
Mereka akan membangun serangkaian pandangan yang tidak berkorespondensi dengan realitas. Mereka akan menyebarluaskan pandangan yang menggelikan, misalnya Iran hanya berpura-pura membantu. Padahal sesungguhnya Iran berkawan dengan Israel untuk menghancurkan Islam.
Betapa berbahayanya disonansi kognitif. Tapi seperti kata Napoleon Bonaparte tadi, "in politics, stupidity is not a handicap".
Wallahu a'lam...
Apa rahasia hingga gagasan rigid itu tertanam kokoh dalam pemikiran? Ilmu psikologi punya jawabannya, disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah fenomena ketidaknyamanan psikologis yang mendera seseorang diakibatkan pemikiran dan sikap yang saling bertentangan.
Orang yang memandang bahwa penganut Syiah adalah mereka yang memiliki agenda terselubung untuk menghancurkan Islam akan merasa kebingungan melihat kemesraan antara dua saudara Sunni - Syiah di konflik Palestina - Israel.
Upaya tulus Iran membantu sekuat tenaga kemerdekaan Palestina, yang telah dirintis sejak Revolusi 1979, ditafsirkan sebagai taktik jahat Syiah Iran untuk menyebarluaskan Syiah dan menghancurkan Islam.
Fakta-fakta ketulusan perjuangan pembebasan al Quds adalah fakta tanding yang gagal atau sengaja tidak ingin dilihat dan diperbandingkan.
Pikiran yang diperhadapkan pada fakta yang bertentangan dengan preferensi awal dan diimani dapat menimbulkan ketidaknyamanan psikologis. Di titik ini, seseorang akan mencari mekanisme konsonansi kongnitif demi menghindari atau melawan disonansi kognitif.
Mereka akan membangun serangkaian pandangan yang tidak berkorespondensi dengan realitas. Mereka akan menyebarluaskan pandangan yang menggelikan, misalnya Iran hanya berpura-pura membantu. Padahal sesungguhnya Iran berkawan dengan Israel untuk menghancurkan Islam.
Betapa berbahayanya disonansi kognitif. Tapi seperti kata Napoleon Bonaparte tadi, "in politics, stupidity is not a handicap".
Wallahu a'lam...