Ust Miftah Fauzi Rakhmat
Kenyataan itu menghentak kita. Zionis Israel kembali memborbardir Gaza. Seakan masih kurang, ia menaburkan garam di atas luka. Kita masih bersedih karena aksi terorisme yang mengancam Irak terpecah belah. Kita masih berduka karena terorisme telah menenggelamkan Suriah dalam penderitaan panjang. Kita prihatin korban tiada henti berjatuhan. Kita miris ketika pendukung tindak kekerasan itu muncul juga di negeri kita tercinta. Dan tiba-tiba Gaza kembali menghentak kita.
Kenyataan itu menghentak kita. Zionis Israel kembali memborbardir Gaza. Seakan masih kurang, ia menaburkan garam di atas luka. Kita masih bersedih karena aksi terorisme yang mengancam Irak terpecah belah. Kita masih berduka karena terorisme telah menenggelamkan Suriah dalam penderitaan panjang. Kita prihatin korban tiada henti berjatuhan. Kita miris ketika pendukung tindak kekerasan itu muncul juga di negeri kita tercinta. Dan tiba-tiba Gaza kembali menghentak kita.
Mungkin selama ini kita telanjur mencurahkan energi untuk negeri, memenuhi laman media sosial kita dengan pujaan pada idola. Tiba-tiba teriakan di Gaza itu sampai juga di telinga kita. Teriakan dari bangsa yang tengah berjuang, bangkit dari keterpurukan. Sungguh kita ingin membantu saudara sesama umat manusia. Bayangkan bila korupsi diatasi. Bayangkan bila banyak mafia dikebiri. Bayangkan terselamatkannya kekayaan negeri. Bayangkan amannya dana haji, percetakan Quran, impor sapi, Transjakarta, dan berbagai proyek pengadaan itu. Kita bisa membantu lebih dari sekadar doa.
Tapi saat ini, mari titip doa untuk Gaza. Bersamanya kita titip juga doa untuk saudara-saudara kita di Irak yang menghadapi teror berat. Untuk Suriah yang dipecah belah. Untuk Bahrain, Nigeria, Ethiophia, yang merana namun 'sepi' dari liputan media. Juga untuk saudara-saudara kita yang ditimpa berbagai musibah di bumi Tuhan. Semua berkaitan. Semoga Tuhan menghindarkan kita dari ketidakpedulian. Doakan juga di dalamnya perjalanan bangsa ini. Kearifan para pemimpinnya. Akhlak yang baik dan kesadaran dari para rakyatnya. Dan mulai saat ini, mari penuhi sosial media kita sekarang dengan kecintaan dan perjuangan pada kemanusiaan.
Bila ada yang bisa kita lakukan untuk Gaza, itu adalah kepedulian. Janganlah kita mengingatnya hanya pada saat-saat seperti ini saja. Marilah menyertakannya dalam doa kita senantiasa. Bulan suci seperti setiap tahunnya, kita seharusnya mengenang Palestina. Jumat terakhir bulan suci adalah Hari Al-Quds, hari yang dicanangkan oleh Imam Khumaini ra sebagai hari internasional untuk perjuangan Palestina.
Semoga Presiden terpilih kita yang akan datang juga membantu meneriakkan semangat saudara-saudara kita di Palestina itu. Semoga beliau peduli pada kemaslahatan umat manusia di belahan dunia lainnya.
Bayangkan, Gaza yang kecil dibombardir musuh kemanusiaan. Selama ini kemana para pemimpin negeri-negeri tetangga? Puluhan tahun mereka tunduk pada hegemoni kepentingan. Dimana suara Kerajaan Saudi, dimana harta berlimpah Emirates, dimana perlawanan Qatar, di mana negeri-negeri kaya minyak itu? Adakah jeritan saudara umat manusia itu tak mereka hiraukan? Mari membantu Gaza, bukan hanya dengan doa, tapi juga dengan mengingatkan para penguasa negeri tetangga itu; dengan memperjuangkan kembali Islam Muhammadi, Islam yang sejati. Islam yang satu. Islam yang rahmatan lil 'aalamin. Islam yang toleran terhadap sesama.
Di sini, mendoakan Gaza kita mulai dengan mengubah diri kita sendiri. Dengan mengubah sesama, dengan berpartisipasi aktif untuk memperbaiki bangsa sambil membantu segala upaya untuk meneriakkan pada dunia: kita satu. Derita mereka, derita kita juga. Bantu dengan doa, dengan dana, dengan sikap di sosial media. Bantu Gaza dengan memperbaiki diri, punya empati, punya kesadaran diri. Selama ini kita berbeda pendapat, bertengkar, bahkan untuk sekadar pilihan kesukaan. Gaza menghentak kita. Ada musuh yang lebih besar. Ini saatnya persatuan.
"Ya Allah, kami adukan kepadaMu tiadanya nabi kami, tak hadirnya pemimpin kami, sedikitnya bilangan kami, banyaknya musuh kami, gencarnya fitnah atas kami, dan berlakunya tantangan masa atas kami…"
Gaza menjadi cerminan minoritas yang sedikit bilangan (yang membantunya); yang banyak musuh-musuhnya. Sudah jadi rahasia umum kalau Israel hanya akan menyerang karena ia tahu, umat Islam dan dunia pada umumnya akan tinggal diam saja menyaksikan itu. Tidakkah tangan kita ikut berlumurkan darah mereka?
Bantu Gaza dengan doa, dengan cinta, dengan mengasihi yang kecil, melindungi minoritas, dan berhenti menyebarkan fitnah, berita tak benar, dan kata-kata merusak lainnya. Bantu Gaza dengan tidak memecah belah barisan kaum Muslimin.
Bantu Gaza agar mereka mengetahui, mereka tak sendirian. Sampaikan pesan Gaza pada negara-negara Islam. Sampaikan sikap di Kedubes Saudi. Qatar, Emirates bila mau, sampaikan aspirasi pada negara-negara Islam itu.
Teriak syuhada mengemuka bukan hanya di Gaza. Setiap hari adalah Asyura. Setiap tempat adalah Karbala. Bagaimana kita menyambutnya? Atau mestikah kita diingatkan tatkala senyum bayi mungil bersimbah darah itu tak lagi hadir di layar kaca, tak lagi jadi konsumsi sosial media…?
Mestikah Gaza menghentak kita lagi?
Seperti Nizar Qabbani, penyair Suriah pro Palestina yang pernah berkata untuk Damaskus; kini kalimat yang sama kusampaikan untuk Gaza:
Untuk Gaza, kota cinta dan duka
Maafkan aku, wahai saudara
Maafkan tangis yang sampai pada telinga pekak
Maafkan jeritan yang tertahan dari mulut bisu
Maafkan tragedi yang memenuhi mata yang haru
Maafkan tangan yang hanya mengantarkan berita itu…
Maafkan kami wahai pecinta
Semoga kasih Mustafa segera datang menjemput kita
Dan bersama…
Kita bebaskan Al-Aqsha.
Mi'raj Ruhani takkan sampai Sidratul Muntaha
Tanpa Al-Quds yang jadi jembatannya.
Shalat kita takkan diterima,
hingga derita sesama
Jadi panggilan jiwa kita.
Segeralah datang wahai yang membalas cinta.
Atas nama Gaza, izinkan kami bersama-sama menjemput Paduka.
...
Semoga ruh para syuhada dan semangat perjuangan rakyat di Gaza menyalakan api persaudaraan dan persatuan Kaum Muslimin seluruhnya. Untuk Gaza dan yang teraniaya, doa, duka, dan cinta kita.
Tapi saat ini, mari titip doa untuk Gaza. Bersamanya kita titip juga doa untuk saudara-saudara kita di Irak yang menghadapi teror berat. Untuk Suriah yang dipecah belah. Untuk Bahrain, Nigeria, Ethiophia, yang merana namun 'sepi' dari liputan media. Juga untuk saudara-saudara kita yang ditimpa berbagai musibah di bumi Tuhan. Semua berkaitan. Semoga Tuhan menghindarkan kita dari ketidakpedulian. Doakan juga di dalamnya perjalanan bangsa ini. Kearifan para pemimpinnya. Akhlak yang baik dan kesadaran dari para rakyatnya. Dan mulai saat ini, mari penuhi sosial media kita sekarang dengan kecintaan dan perjuangan pada kemanusiaan.
Bila ada yang bisa kita lakukan untuk Gaza, itu adalah kepedulian. Janganlah kita mengingatnya hanya pada saat-saat seperti ini saja. Marilah menyertakannya dalam doa kita senantiasa. Bulan suci seperti setiap tahunnya, kita seharusnya mengenang Palestina. Jumat terakhir bulan suci adalah Hari Al-Quds, hari yang dicanangkan oleh Imam Khumaini ra sebagai hari internasional untuk perjuangan Palestina.
Semoga Presiden terpilih kita yang akan datang juga membantu meneriakkan semangat saudara-saudara kita di Palestina itu. Semoga beliau peduli pada kemaslahatan umat manusia di belahan dunia lainnya.
Bayangkan, Gaza yang kecil dibombardir musuh kemanusiaan. Selama ini kemana para pemimpin negeri-negeri tetangga? Puluhan tahun mereka tunduk pada hegemoni kepentingan. Dimana suara Kerajaan Saudi, dimana harta berlimpah Emirates, dimana perlawanan Qatar, di mana negeri-negeri kaya minyak itu? Adakah jeritan saudara umat manusia itu tak mereka hiraukan? Mari membantu Gaza, bukan hanya dengan doa, tapi juga dengan mengingatkan para penguasa negeri tetangga itu; dengan memperjuangkan kembali Islam Muhammadi, Islam yang sejati. Islam yang satu. Islam yang rahmatan lil 'aalamin. Islam yang toleran terhadap sesama.
Di sini, mendoakan Gaza kita mulai dengan mengubah diri kita sendiri. Dengan mengubah sesama, dengan berpartisipasi aktif untuk memperbaiki bangsa sambil membantu segala upaya untuk meneriakkan pada dunia: kita satu. Derita mereka, derita kita juga. Bantu dengan doa, dengan dana, dengan sikap di sosial media. Bantu Gaza dengan memperbaiki diri, punya empati, punya kesadaran diri. Selama ini kita berbeda pendapat, bertengkar, bahkan untuk sekadar pilihan kesukaan. Gaza menghentak kita. Ada musuh yang lebih besar. Ini saatnya persatuan.
"Ya Allah, kami adukan kepadaMu tiadanya nabi kami, tak hadirnya pemimpin kami, sedikitnya bilangan kami, banyaknya musuh kami, gencarnya fitnah atas kami, dan berlakunya tantangan masa atas kami…"
Gaza menjadi cerminan minoritas yang sedikit bilangan (yang membantunya); yang banyak musuh-musuhnya. Sudah jadi rahasia umum kalau Israel hanya akan menyerang karena ia tahu, umat Islam dan dunia pada umumnya akan tinggal diam saja menyaksikan itu. Tidakkah tangan kita ikut berlumurkan darah mereka?
Bantu Gaza dengan doa, dengan cinta, dengan mengasihi yang kecil, melindungi minoritas, dan berhenti menyebarkan fitnah, berita tak benar, dan kata-kata merusak lainnya. Bantu Gaza dengan tidak memecah belah barisan kaum Muslimin.
Bantu Gaza agar mereka mengetahui, mereka tak sendirian. Sampaikan pesan Gaza pada negara-negara Islam. Sampaikan sikap di Kedubes Saudi. Qatar, Emirates bila mau, sampaikan aspirasi pada negara-negara Islam itu.
Teriak syuhada mengemuka bukan hanya di Gaza. Setiap hari adalah Asyura. Setiap tempat adalah Karbala. Bagaimana kita menyambutnya? Atau mestikah kita diingatkan tatkala senyum bayi mungil bersimbah darah itu tak lagi hadir di layar kaca, tak lagi jadi konsumsi sosial media…?
Mestikah Gaza menghentak kita lagi?
Seperti Nizar Qabbani, penyair Suriah pro Palestina yang pernah berkata untuk Damaskus; kini kalimat yang sama kusampaikan untuk Gaza:
Untuk Gaza, kota cinta dan duka
Maafkan aku, wahai saudara
Maafkan tangis yang sampai pada telinga pekak
Maafkan jeritan yang tertahan dari mulut bisu
Maafkan tragedi yang memenuhi mata yang haru
Maafkan tangan yang hanya mengantarkan berita itu…
Maafkan kami wahai pecinta
Semoga kasih Mustafa segera datang menjemput kita
Dan bersama…
Kita bebaskan Al-Aqsha.
Mi'raj Ruhani takkan sampai Sidratul Muntaha
Tanpa Al-Quds yang jadi jembatannya.
Shalat kita takkan diterima,
hingga derita sesama
Jadi panggilan jiwa kita.
Segeralah datang wahai yang membalas cinta.
Atas nama Gaza, izinkan kami bersama-sama menjemput Paduka.
...
Semoga ruh para syuhada dan semangat perjuangan rakyat di Gaza menyalakan api persaudaraan dan persatuan Kaum Muslimin seluruhnya. Untuk Gaza dan yang teraniaya, doa, duka, dan cinta kita.