Nezar Patria
Saya tak pernah lupa pada sepotong doa kaum tertindas yang ditulis oleh Fikri Yathir dalam kolom tetapnya di Majalah Ummat pada 1998. Pada suatu hari saya mendapat sobekan halaman majalah itu di sebuah sel yang lembab dan kurang cahaya, sekitar Mei 1998.
Saya tak pernah lupa pada sepotong doa kaum tertindas yang ditulis oleh Fikri Yathir dalam kolom tetapnya di Majalah Ummat pada 1998. Pada suatu hari saya mendapat sobekan halaman majalah itu di sebuah sel yang lembab dan kurang cahaya, sekitar Mei 1998.
Sudah tiga bulan saya ditahan di sel itu dengan tuduhan subversif dan makar, sementara gerakan mahasiswa kian garang di jalanan melawan kediktatoran Soeharto.
Di dinding atas tembok itu ada terawangan kecil yang membuat saya tahu apakah sekarang hari telah malam ataukah pagi. Lewat cahaya yang menembus terawangan itu, saya membaca kolom Fikri Yathir.
Kertas sobekan halaman majalah itu sudah lusuh, dan mungkin bekas bungkus makanan. Saya tak ingat lagi kata-kata yang tertulis di sana secara verbatim, tapi kira-kira seperti ini:
"Tuhan berilah kami kekuatan seperti yang kau berikan pada sebutir padi untuk tumbuh, seperti kilatan petir yang membuat mendung jadi hujan, seperti gerak bumi mengitari matahari yang memberikan kami cahaya pagi".
Kata-kata yang sederhana, tapi saya seperti menemukan seteguk tonik bagi hati yang risau. Saya seperti menemukan sepotong mantera untuk memanggil kekuatan alam semesta.
Enam belas tahun kemudian saya baru tahu bahwa Fikri Yathir itu adalah nama alias KH Jalaluddin Rakhmat. Saya gembira bertemu dengannya pekan ini, dan saya ceritakan betapa sepotong kolomnya di majalah itu pernah memberikan arti yang besar bagi diri saya.
Dan betapa sedihnya mendengar cerita bagaimana dia kini disudutkan karena menjadi seorang tokoh Syiah. Kepadanya, saya kembalikan doa kaum tertindas itu.
*) Nezar Patria adalah aktifis gerakan mahasiswa eksponen 98 yang pernah ditahan oleh rezim Orba. Bisa ditemui di Facebook dengan akun yang sama. Tulisan yang ditulis di Facebook ini dimuat dengan izin.
Di dinding atas tembok itu ada terawangan kecil yang membuat saya tahu apakah sekarang hari telah malam ataukah pagi. Lewat cahaya yang menembus terawangan itu, saya membaca kolom Fikri Yathir.
Kertas sobekan halaman majalah itu sudah lusuh, dan mungkin bekas bungkus makanan. Saya tak ingat lagi kata-kata yang tertulis di sana secara verbatim, tapi kira-kira seperti ini:
"Tuhan berilah kami kekuatan seperti yang kau berikan pada sebutir padi untuk tumbuh, seperti kilatan petir yang membuat mendung jadi hujan, seperti gerak bumi mengitari matahari yang memberikan kami cahaya pagi".
Kata-kata yang sederhana, tapi saya seperti menemukan seteguk tonik bagi hati yang risau. Saya seperti menemukan sepotong mantera untuk memanggil kekuatan alam semesta.
Enam belas tahun kemudian saya baru tahu bahwa Fikri Yathir itu adalah nama alias KH Jalaluddin Rakhmat. Saya gembira bertemu dengannya pekan ini, dan saya ceritakan betapa sepotong kolomnya di majalah itu pernah memberikan arti yang besar bagi diri saya.
Dan betapa sedihnya mendengar cerita bagaimana dia kini disudutkan karena menjadi seorang tokoh Syiah. Kepadanya, saya kembalikan doa kaum tertindas itu.
*) Nezar Patria adalah aktifis gerakan mahasiswa eksponen 98 yang pernah ditahan oleh rezim Orba. Bisa ditemui di Facebook dengan akun yang sama. Tulisan yang ditulis di Facebook ini dimuat dengan izin.