Ust. Miftah Fauzi Rakhmat
Ramadhan mulia juga menyimpan kisah. Dari awal hingga akhir, berbagai peristiwa menyertai perjalanan Nabi Saw, orang-orang suci dari kalangan beliau, serta sahabat-sahabat di bulan suci ini. Kali ini kita melihat ramadhan hari kelima belas.
Ramadhan mulia juga menyimpan kisah. Dari awal hingga akhir, berbagai peristiwa menyertai perjalanan Nabi Saw, orang-orang suci dari kalangan beliau, serta sahabat-sahabat di bulan suci ini. Kali ini kita melihat ramadhan hari kelima belas.
Ramadhan hari ke lima belas adalah hari lahir Imam Hasan al-Mujtaba as. Pada malam pertengahan bulan suci Ramadhan tahun ketiga setelah hijrah, Sayyidah Fathimah sa melahirkan putra pertama. Ketika Imam Ali as hendak menimangnya, Sayyidah Fathinah berkata, "Berikan ia nama." Imam Ali menjawab, "Rasulullah Saw yang akan memberikannya". Maka bayi molek nan suci itu dibawa ke hadapan kakeknya yang bersinar bahagia memeluknya. Tapi baru pada hari ketujuh, Nabi Saw memberinya nama. "Namanya Hasan," kata Rasulullah Saw, artinya (segala) keindahan dan kebaikan, dan belum pernah ada orang yang diberi dengan nama itu sebelumnya. Al-Hasan as lalu diselimuti selendang yang dibawakan Malaikat Jibril as. Pada hari itu, Nabi dan keluarga berakikah. Ketika Ibnu Abbas melihat bayi Al-Hasan as, ia berkata, "Aku tidak melihat seorang pun begitu menyerupai Nabi Saw selain Al-Hasan as."
Imam Hasan as tumbuh besar dalam keluarga wahyu. Bersama adiknya yang lahir setahun kemudian, Al-Husain as (secara harfiah berarti Hasan kecil) mereka dididik dalam madrasah Rasulillah Saw. Tak jarang Nabi Saw bermain bersama mereka, menggendong mereka, dan membanggakan mereka di hadapan para sahabat. Satu saat, sahabat Umar melihatnya dan berkata, "Hai anak muda," katanya pada Al-Hasan dan Al-Husain, "sungguh betapa mulianya tungganganmu," karena Al-Hasan dan Al-Husain digendong Rasulullah Saw. Nabi tersenyum dan menjawab, "Mulia juga para penunggangnya."
Imam Hasan as menunjukkan kecemerlangan ilmu bahkan sejak belia. Ia mengajari seorang tua berwudhu dengan benar dengan cara yang sangat baik. Tidak hanya menyampaikan ilmu tapi mengajarkan dengan cara yang sebaik-baiknya, arif dan bijaksana.
Setelah Nabi Saw wafat, Al-Hasan as mengikuti ayahnya, ikut berperang dalam setiap peperangannya. Ia juga terlibat dalam pembebasan tanah Persia dan dakwah Islam hingga melebar sampai ke Afrika. Setelah Imam Ali as syahid, kenyataan umat membawanya pada berbagai situasi yang bergejolak. Sepuluh tahun ia menjadi Imam kaum muslimin sebelum syahid pada usia 47 tahun, 28 Safar tahun 50 H.
Ia digelari Al-Mujtaba, yang terpilih. Akhlaknya yang utama ditunjukkan bahkan pada orang yang meludahinya tepat di parasnya. Ia ajak orang itu makan. Belakangan orang itu bercerita, ia iri luar biasa karena Ali bin Abi Thalib as punya anak semisal Al-Hasan as. Usai berbicara dalam hidangan itu, ia menyatakan penyesalannya.
Al-Hasan as mengajarkan umat keindahan dalam kesabaran, perjuangan dalam menjaga dan menunaikan amanah Rasulullah Saw, mendahulukan kepentingan umat yang lebih besar. Ketika jasadnya hendak dikebumikan di samping jasad kakeknya, kerandanya dihujani anak panah. Ia sudah berwasiat pada adiknya, "Bila demikian adanya, bawa aku ke Baqi', kebumikan aku di sana." Dan keluarga nabi pembawa risalah itu mengantarkan jasad suci Al-Hasan as sesuai wasiatnya.
Hingga awal abad 20, berdiri di atas pusaranya kubah pertanda. Dinasti Utsmani bahkan membangun masjid di sekitarnya. Bangunan dan kubah pusara itu dihancurkan oleh tentara Ibnu Sa'ud pada tahun 1925. Hingga kini, nisannya dibiarkan tanpa tanda, dan tak boleh ada peziarah yang mendekatinya. Barisan tentara menjaga nisan-nisan itu.
Dahulu ia tertahan dikebumikan di samping kakeknya. Kini ia tertahan dari para peziarah pecintanya.
Salam bagimu ya Aba Muhammad. Salam bagimu duhai cinta Muhammad. Salam bagimu yang berkorban dan berjuang untuk tegaknya agama Muhammad Saw.
(Al-Irshad 2:5, Al-Bihar 42:250)
15 Ramadhan juga bergeraknya Muslim bin 'Aqil menuju Kufah membawa pesan Imam Husain as. Keberangkatan yang tidak ada kembali setelahnya. Muslim syahid di Kufah pada tanggal 4 Muharram 61 H, menjadikan putrinya Fathimah binti Muslim bin 'Aqil sebagai anak yatim pertama Kafilah Karbala.
Isi surat Imam Husain as pada penduduk Kufah yang dibawa Muslim bin 'Aqil
Bismillahirrahmanirrahim
Dari Al-Husain bin Ali kepada para pemuka dari Kaum Muslimin dan Mukminin. Amma ba'du, sesungguhnya Hani dan Said telah datang kepadaku dengan surat-surat kalian untukku. Dan itu adalah yang terakhir dari utusan kalian. Aku sudah mengerti apa yang kalian kisahkan, yang kalian ceritakan. Bahwa tiada di tengah kalian Imam, maka aku datang menujumu. Semoga Allah menggabungkan kita bersama dalam petunjuk dan kebenaran.
Dan (inilah) aku mengutus saudaraku, putra pamanku, dan kepercayaanku dari ahli baitku. Sekiranya ia kemudian menulis surat kepadaku dan mengabarkan bahwa ia telah bertemu dengan para pemuka di tengah-tengah kalian, lalu ia temukan keadaannya sama seperti yang disampaikan utusan kalian kepadaku, maka aku akan datang kepadamu segera insya Allah. Karena demi umurku, tidaklah Imam itu kecuali (menegakkan) aturan kitab Allah dan keadilan dalam agama yang benar, yang menahan dirinya untuk (semata-mata) Allah Ta'ala. Wassalam.
(Tarikh Thabari 4:262)
Imam Hasan as tumbuh besar dalam keluarga wahyu. Bersama adiknya yang lahir setahun kemudian, Al-Husain as (secara harfiah berarti Hasan kecil) mereka dididik dalam madrasah Rasulillah Saw. Tak jarang Nabi Saw bermain bersama mereka, menggendong mereka, dan membanggakan mereka di hadapan para sahabat. Satu saat, sahabat Umar melihatnya dan berkata, "Hai anak muda," katanya pada Al-Hasan dan Al-Husain, "sungguh betapa mulianya tungganganmu," karena Al-Hasan dan Al-Husain digendong Rasulullah Saw. Nabi tersenyum dan menjawab, "Mulia juga para penunggangnya."
Imam Hasan as menunjukkan kecemerlangan ilmu bahkan sejak belia. Ia mengajari seorang tua berwudhu dengan benar dengan cara yang sangat baik. Tidak hanya menyampaikan ilmu tapi mengajarkan dengan cara yang sebaik-baiknya, arif dan bijaksana.
Setelah Nabi Saw wafat, Al-Hasan as mengikuti ayahnya, ikut berperang dalam setiap peperangannya. Ia juga terlibat dalam pembebasan tanah Persia dan dakwah Islam hingga melebar sampai ke Afrika. Setelah Imam Ali as syahid, kenyataan umat membawanya pada berbagai situasi yang bergejolak. Sepuluh tahun ia menjadi Imam kaum muslimin sebelum syahid pada usia 47 tahun, 28 Safar tahun 50 H.
Ia digelari Al-Mujtaba, yang terpilih. Akhlaknya yang utama ditunjukkan bahkan pada orang yang meludahinya tepat di parasnya. Ia ajak orang itu makan. Belakangan orang itu bercerita, ia iri luar biasa karena Ali bin Abi Thalib as punya anak semisal Al-Hasan as. Usai berbicara dalam hidangan itu, ia menyatakan penyesalannya.
Al-Hasan as mengajarkan umat keindahan dalam kesabaran, perjuangan dalam menjaga dan menunaikan amanah Rasulullah Saw, mendahulukan kepentingan umat yang lebih besar. Ketika jasadnya hendak dikebumikan di samping jasad kakeknya, kerandanya dihujani anak panah. Ia sudah berwasiat pada adiknya, "Bila demikian adanya, bawa aku ke Baqi', kebumikan aku di sana." Dan keluarga nabi pembawa risalah itu mengantarkan jasad suci Al-Hasan as sesuai wasiatnya.
Hingga awal abad 20, berdiri di atas pusaranya kubah pertanda. Dinasti Utsmani bahkan membangun masjid di sekitarnya. Bangunan dan kubah pusara itu dihancurkan oleh tentara Ibnu Sa'ud pada tahun 1925. Hingga kini, nisannya dibiarkan tanpa tanda, dan tak boleh ada peziarah yang mendekatinya. Barisan tentara menjaga nisan-nisan itu.
Dahulu ia tertahan dikebumikan di samping kakeknya. Kini ia tertahan dari para peziarah pecintanya.
Salam bagimu ya Aba Muhammad. Salam bagimu duhai cinta Muhammad. Salam bagimu yang berkorban dan berjuang untuk tegaknya agama Muhammad Saw.
(Al-Irshad 2:5, Al-Bihar 42:250)
15 Ramadhan juga bergeraknya Muslim bin 'Aqil menuju Kufah membawa pesan Imam Husain as. Keberangkatan yang tidak ada kembali setelahnya. Muslim syahid di Kufah pada tanggal 4 Muharram 61 H, menjadikan putrinya Fathimah binti Muslim bin 'Aqil sebagai anak yatim pertama Kafilah Karbala.
Isi surat Imam Husain as pada penduduk Kufah yang dibawa Muslim bin 'Aqil
Bismillahirrahmanirrahim
Dari Al-Husain bin Ali kepada para pemuka dari Kaum Muslimin dan Mukminin. Amma ba'du, sesungguhnya Hani dan Said telah datang kepadaku dengan surat-surat kalian untukku. Dan itu adalah yang terakhir dari utusan kalian. Aku sudah mengerti apa yang kalian kisahkan, yang kalian ceritakan. Bahwa tiada di tengah kalian Imam, maka aku datang menujumu. Semoga Allah menggabungkan kita bersama dalam petunjuk dan kebenaran.
Dan (inilah) aku mengutus saudaraku, putra pamanku, dan kepercayaanku dari ahli baitku. Sekiranya ia kemudian menulis surat kepadaku dan mengabarkan bahwa ia telah bertemu dengan para pemuka di tengah-tengah kalian, lalu ia temukan keadaannya sama seperti yang disampaikan utusan kalian kepadaku, maka aku akan datang kepadamu segera insya Allah. Karena demi umurku, tidaklah Imam itu kecuali (menegakkan) aturan kitab Allah dan keadilan dalam agama yang benar, yang menahan dirinya untuk (semata-mata) Allah Ta'ala. Wassalam.
(Tarikh Thabari 4:262)