M’Tos adalah salah satu mall di Makassar. Lokasinya di dekat jembatan Tello. Selain menyediakan food court, disana juga ada tempat nonton, mungkin pengelolanya paham betul bahwa di sekitarnya banyak mahasiswa yang biasanya cari hiburan dengan menonton. Di sana juga ada toko buku yang memberi ‘diskon setiap hari’.
Toko buku Graha Media punya acara spesial di hari Minggu. Toko buku ini menyajikan musik live, diisi seorang penyanyi dan dua pemain gitar. Setelah itu, dan ini intinya, akan ada lelang buku yang judulnya bisa diusulkan oleh pelanggan seminggu sebelumnya. Hari itu, ada lelang buku Andrea Hirata yang baru, Dwilogi Padang Bulan, yang menggabungkan dua buku Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.
Lelang di mulai dengan harga Rp. 1000. Beberapa saat, belum ada yang memberi respon. Setelah diulangi beberapa kali, mungkin dalam waktu sekitar 5 menit, barulah ada pengunjung yang menyebut angka di atasnya, Rp. 2000.
Maka lelang sebenarnya di mulai. Sepasang suami istri yang sibuk melihat-lihat etalasi Buku Baru kemudian ikutan, Rp. 10.000. Pada saat itulah, seorang perempuan penjaga lapak yang menjual kentang goreng, semacam gerobak dorong yang parkir di depan Graha Media, juga mulai ikutan dan langsung menaikkan harga penawaran, Rp. 11.000.
Terjadilah kejar mengejar harga penawaran antara sepasang suami istri dan perempuan penjaga lapak itu. Setiap pasangan suami istri menaikkan harga, perempuan itu akan mendahuluinya lagi dengan menaikkan penawaran Rp. 1.000 di atasnya. Namun, sepertinya kemampuan perempuan sederhana penjaga lapak itu hanya sampai di Rp. 30.000. Mungkin itulah jumlah gajinya dalam satu hari menunggu pembeli gorengannya, take home pay yang diberikan pemilik lapak yang dibawanya pulang per hari. Setiap harga lelang dinaikkan, setiap itu pula wajahnya menuliskan kekhawatiran. Dan ketika pasangan suami istri menaikkan harga Rp. 35.000, kelihatan wajah perempuan itu bersedih. Sangat jelas terbaca, hatinya kecewa. Perjuangannya untuk mendapatkan buku murah pupus sudah.
Pelelang lalu mengulang pengumuman lelangnya beberapa kali. Jika sampai lima kali dan tidak ada penawar baru, lelang dinyatakan selesai dan dimenangkan oleh penawar terakhir. Namun sesaat setelah pengumuman lelang dengan harga terakhir yang ke-4, detik-detik terakhir sebelum pengumuman ke-5 yang artinya lelang dimenangkan oleh pasangan suami istri itu, saat itulah seorang laki-laki paruh baya, yang sedang membayar buku Fikih Imam Syafi’i di kasir, mengikuti lelang dengan menyebutkan angka tertinggi, Rp. 36.000.
Kejar mengejar kemudian berlanjut antara lelaki paruh baya itu dengan pasangan suami istri yang sudah ikut dari awal. Sementara perempuan yang kalah lelang tadi hanya menonton dari depan lapaknya, dengan wajah kecewa. Selang beberapa lama, akhirnya lelang dimenangkan oleh laki-laki itu di harga Rp. 61.000. Dengan harga itu, diskon dari harga sebenarnya kira-kira 22 persen. Lumayan.
Laki-laki pemenang lelang itu kemudian membayar harga buku. Sebagai bonus, dia juga mendapatkan souvenir berupa kotak entah apa isinya, serta kartu member yang dengannya setiap membeli buku di toko buku tersebut akan mendapatkan diskon 10 persen. Ketika seorang gadis pelayan toko buku ingin mendaftarkan namanya sebagai member, laki-laki itu menjawab,
“Tidak usah, saya ingin memberikan buku hasil lelang dan kartu ini kepada perempuan penjaga lapak di depan sana itu.”
“Maksud Bapak?”
“Saya sudah punya kartu member. Dengan memberikan kartu ini kepada perempuan itu, besok-besok dia bisa membeli buku yang dia sukai dengan harga yang lebih murah. Saya juga sudah punya buku ini, maka akan lebih berguna jika saya berikan kepada yang membutuhkannya. Saya tadi melihat perempuan itu begitu bersemangat ingin memiliki buku ini. Saya ikut lelang untuk dia.”
Gadis pelayan Graha Media tersenyum, “bapak baik sekali..”
“Biasa saja. Saya hanya bahagia dengan keinginan perempuan itu untuk membaca buku. Itu saja. Makasih”. Laki-laki itu berlalu dengan mata sembab.
Laki-laki itu kemudian menghampiri perempuan penjaga lapak. Penjaga lapak itu kelihatan senang, mungkin berharap pembeli sedang menghampiri. Laki-laki tersebut kemudian menyerahkan tas plastik berisi buku.
“Apa ini Pak?”
“Tadi kamu mau kan buku Andrea Hirata itu?”
“Ini untuk saya Pak?”
“Kamu mau kan?”
Perempuan itu tergagap. Dia mengambil tas plastik itu tanpa kata-kata. Ketika laki-laki itu sudah pergi beberapa langkah, dia baru bisa mengucapkan terima kasih dengan suara sedikit teriak agar terdengar. Di dekat tangga turun terlihat laki-laki itu menjawab dengan anggukan saja. Dan matanya masih saja merah. Dia bahagia.
Makassar, Minggu, 8 Agustus 2010. Sore hari.
Lelang di mulai dengan harga Rp. 1000. Beberapa saat, belum ada yang memberi respon. Setelah diulangi beberapa kali, mungkin dalam waktu sekitar 5 menit, barulah ada pengunjung yang menyebut angka di atasnya, Rp. 2000.
Maka lelang sebenarnya di mulai. Sepasang suami istri yang sibuk melihat-lihat etalasi Buku Baru kemudian ikutan, Rp. 10.000. Pada saat itulah, seorang perempuan penjaga lapak yang menjual kentang goreng, semacam gerobak dorong yang parkir di depan Graha Media, juga mulai ikutan dan langsung menaikkan harga penawaran, Rp. 11.000.
Terjadilah kejar mengejar harga penawaran antara sepasang suami istri dan perempuan penjaga lapak itu. Setiap pasangan suami istri menaikkan harga, perempuan itu akan mendahuluinya lagi dengan menaikkan penawaran Rp. 1.000 di atasnya. Namun, sepertinya kemampuan perempuan sederhana penjaga lapak itu hanya sampai di Rp. 30.000. Mungkin itulah jumlah gajinya dalam satu hari menunggu pembeli gorengannya, take home pay yang diberikan pemilik lapak yang dibawanya pulang per hari. Setiap harga lelang dinaikkan, setiap itu pula wajahnya menuliskan kekhawatiran. Dan ketika pasangan suami istri menaikkan harga Rp. 35.000, kelihatan wajah perempuan itu bersedih. Sangat jelas terbaca, hatinya kecewa. Perjuangannya untuk mendapatkan buku murah pupus sudah.
Pelelang lalu mengulang pengumuman lelangnya beberapa kali. Jika sampai lima kali dan tidak ada penawar baru, lelang dinyatakan selesai dan dimenangkan oleh penawar terakhir. Namun sesaat setelah pengumuman lelang dengan harga terakhir yang ke-4, detik-detik terakhir sebelum pengumuman ke-5 yang artinya lelang dimenangkan oleh pasangan suami istri itu, saat itulah seorang laki-laki paruh baya, yang sedang membayar buku Fikih Imam Syafi’i di kasir, mengikuti lelang dengan menyebutkan angka tertinggi, Rp. 36.000.
Kejar mengejar kemudian berlanjut antara lelaki paruh baya itu dengan pasangan suami istri yang sudah ikut dari awal. Sementara perempuan yang kalah lelang tadi hanya menonton dari depan lapaknya, dengan wajah kecewa. Selang beberapa lama, akhirnya lelang dimenangkan oleh laki-laki itu di harga Rp. 61.000. Dengan harga itu, diskon dari harga sebenarnya kira-kira 22 persen. Lumayan.
Laki-laki pemenang lelang itu kemudian membayar harga buku. Sebagai bonus, dia juga mendapatkan souvenir berupa kotak entah apa isinya, serta kartu member yang dengannya setiap membeli buku di toko buku tersebut akan mendapatkan diskon 10 persen. Ketika seorang gadis pelayan toko buku ingin mendaftarkan namanya sebagai member, laki-laki itu menjawab,
“Tidak usah, saya ingin memberikan buku hasil lelang dan kartu ini kepada perempuan penjaga lapak di depan sana itu.”
“Maksud Bapak?”
“Saya sudah punya kartu member. Dengan memberikan kartu ini kepada perempuan itu, besok-besok dia bisa membeli buku yang dia sukai dengan harga yang lebih murah. Saya juga sudah punya buku ini, maka akan lebih berguna jika saya berikan kepada yang membutuhkannya. Saya tadi melihat perempuan itu begitu bersemangat ingin memiliki buku ini. Saya ikut lelang untuk dia.”
Gadis pelayan Graha Media tersenyum, “bapak baik sekali..”
“Biasa saja. Saya hanya bahagia dengan keinginan perempuan itu untuk membaca buku. Itu saja. Makasih”. Laki-laki itu berlalu dengan mata sembab.
Laki-laki itu kemudian menghampiri perempuan penjaga lapak. Penjaga lapak itu kelihatan senang, mungkin berharap pembeli sedang menghampiri. Laki-laki tersebut kemudian menyerahkan tas plastik berisi buku.
“Apa ini Pak?”
“Tadi kamu mau kan buku Andrea Hirata itu?”
“Ini untuk saya Pak?”
“Kamu mau kan?”
Perempuan itu tergagap. Dia mengambil tas plastik itu tanpa kata-kata. Ketika laki-laki itu sudah pergi beberapa langkah, dia baru bisa mengucapkan terima kasih dengan suara sedikit teriak agar terdengar. Di dekat tangga turun terlihat laki-laki itu menjawab dengan anggukan saja. Dan matanya masih saja merah. Dia bahagia.
Makassar, Minggu, 8 Agustus 2010. Sore hari.